TARI MORIRINGGO SUKU PADOE DI KABUPATEN LUWU TIMUR (1971-2022)

Armayani Armayani(1*), Andi Ima Kesuma(2), Najamuddin Najamuddin(3),

(1) Universitas Negeri Makassar
(2) Universitas Negeri Makassar
(3) Universitas Negeri Makassar
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/pir.v7i2.59038

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Perkembangan Tari Moriringgo yang merupakan salah satu tarian dari Suku Padoe di Kabupaten Luwu Timur.  Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif  dengan menggunakan metode penulisan sejarah. Adapun empat metode dalam penulisan sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Suku Padoe merupakan salah satu dari 12 anak suku luwu yang berada di Kabupaten Luwu Timur hingga saat ini, Suku Padoe memiliki banyak kebudayaan yang dilestarikan secara turun temuran salah satunya adalah Tari Moriringgo/Riringgo. Awal mula tarian ini ditarikan pada saat acara pesta panen (Padungku) juga dijadikan sebagai tarian penyambutan pasukan perang suku padoe dan terus mengalami perkembangan Tari Moriringgo dimulai pada saat pasca pergolakan DI/TII kemudian kembali ditampilkan dibeberapa acara pemerintahan, sampai dengan ditetapkannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Meskipun tarian ini mengalami perkembangan fungsi namun tidak mengubah makna dari tarian tersebut, dengan makna berupa rasa syukur, suka cita, dan kemenangan masyarakat Suku Padoe.

This research aims to find out about the development of the Moriringgo Dance, which is one of the dances of the Padoe Tribe in East Luwu Regency. This research is a type of qualitative research using historical writing methods. There are four methods in writing history, namely heuristics, criticism, interpretation and historiography. The Padoe tribe is one of the 12 Luwu tribes living in East Luwu Regency to date. The Padoe tribe has many cultures that have been preserved from generation to generation, one of which is the Moriringgo/Riringgo Dance. This dance was originally danced at the harvest festival (Padungku) and was also used as a welcoming dance for the Padoe tribe's war troops and continued to develop. The Moriringgo Dance began after the DI/TII upheaval, then was again performed at several government events, until it was designated as a Cultural Heritage. Object. Even though this dance has developed in function, it has not changed the meaning of the dance, with the meaning being gratitude, joy and victory for the Padoe tribe.


Keywords


Suku Padoe; Tari Moriringgo; Perkembangan; Padoe Triben; Moriringgo Dance; Development

Full Text:

PDF

References


Andi Ima Kesuma, Naidah Naing, Yadi Mulyadi, Asmunandar, Sri Wanti Mamonto, & Firzah Aurelia. (2023). Objek Pemajuan Kebudayaan di Kota Makassar. Dinas Kebudayaan Kota Makassar.

Andi Ima Kesuma, Yadi Mulyadi, & Asmunandar. (2023). Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Budianto, A. (2018). Tradisi Padungku Masyarakat Desa Maleku Kecematan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur Sebagai Sumber Bahan Ajar Materi Geografi di SMA Negeri 4 Luwu Timur. LA GEOGRAFI, 17, 49–56.

Diah Harianti. (2014). Buku Panduan Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Jazuli, M. (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Unesa University Press.

Khutniah, N., & Veronica. (2012). Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Jepara. Jurnal Seni Tari, 1.

Kulyasin. (2018). Lembaga Adat Pasitabe di Kabupaten Luwu Timur (1992-2011). Jurnal Ilmu Sejarah Dan Pendidikan, 2, 46–58.

Lestari, R., Jamilah, & Solihing. (2019). Kajian Tari Moriringgo Pada Acara Penyambutan Tamu Pemerintahan di Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Pkarena, 4, 20–32.

Madjid, Najamuddin, Patahuddin, Amiruddin, Rasyid Ridha, Jumadi, Ahmadin, Junaedah, Bahri, Rahman, Amirullah, & Bustan. (2018). Pengantar Ilmu Sejarah. FIS Universitas Negeri Makassar.

Mukhlis, Poelinggomang, E., Kallo, M. A., Sulistio, B., Thosibo, A., & Maryam, A. (1995). Sejarah Kebudayaan Sulawesi. Proyek Investarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Nugrhani. (2019). Kesejahteraan Sosial Masyarakat The Social Walfare of Community Towards. 10.

Pradewi, S., & Lestari, W. (2012). Eksistensi Tari Opak Abang Sebagai Tari Daerah Kabupaten Kendal. Jurnal Seni Tari, 1.

Sritimuryati. (2019). Perkmabangan Tari Moriringgo di Kabupaten Luwu Timur: Kajian Historiografi Tarian Tradisonal. Walasuji, 10, 23–32.

Tomangasa Manule. (2018). Sejarah Suku Padoe. Jakarta.

Wardah, S. E. (2014). Metode Penelitian Sejarah. TSAQOFAH, 2, 168–175.


Article Metrics

Abstract view : 33 times | PDF view : 3 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Dipublikasikan oleh :

Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

Jalan Bontolangkasa Makassar Email: [email protected]

085399235423

 

Phinisi Integration review telah terindex oleh :

 

 

 

Phinisi Integration review dilisensi oleh :

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

View My Stats

Phinisi Integration Review Editorial: