IMPLEMENTASIMODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS V UPT SD NEGERI 106 PINRANG

Sumarni Sumarni(1*),

(1) UPT SD Negeri 106 Pinrang
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/tpj.v2i3.26073

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang tahun ajaran 2020/2021. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang yang berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, teknik penialaian membaca dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas V melalui model Problem Based Learning mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian dan observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II. Hasil penilaian keterampilan membaca siklus I dengan rerata yang diperoleh 72,50, 70% siswa, sedangkan pada siklus II dengan rerata 83,75, 90% siswa mencapai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang

Keywords


PBL, keterampilan membaca

Full Text:

PDF

References


IMPLEMENTASI MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS V

UPT SD NEGERI 106 PINRANG

Sumarni 1, Dr. H. Kamaruddin, S.Ag,. M.Pd2, Hairuddin, S.Pd,. Gr,. M.Pd3

UPT SD Negeri 106 Pinrang

Email : sumarnidarwis68@gmail.com

Universitas Negeri Makassar

Email :kamaruddinhasan.1973@instruktur.belajar.id

SD InpresBisaraKab. Gowa

Email :hairuddin2124@gmail.com

Artikel info Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang tahun ajaran 2020/2021. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang yang berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, teknik penialaian membaca dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas V melalui model Problem Based Learning mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian dan observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II. Hasil penilaian keterampilan membaca siklus I dengan rerata yang diperoleh 72,50, 70% siswa, sedangkan pada siklus II dengan rerata 83,75, 90% siswa mencapai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang

Abstrack

This study aims to determine the improvement of reading skills with the Problem Based Learning model for fifth grade students of UPT SD Negeri 106 Pinrang for the 2020/2021 academic year. The research method used is CAR. This Classroom Action Research was conducted on 20 students of class V UPT SD Negeri 106 Pinrang. Data collection techniques are interviews, observation, reading assessment techniques and documentation. The results showed that the reading skills of fifth grade students through the Problem Based Learning model had increased. This increase can be seen from the results of the assessment and observation of learning activities in cycle I and cycle II. The results of the assessment of reading skills in the first cycle with an average obtained of 72.50, 70% of students reached, while in cycle II with an average of 83.75, 90% of students reached. Thus, it can be concluded that the implementation of the Problem Based Learning model can improves reading skills of fifth grade students of UPT SD Negeri 106 Pinrang

.

Key words:

PBL, keterampilan membaca

artikel pinisi:journal of teacher proffesonal dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY-4.0

PENDAHULUAN

Keterampilan berbahasa berperan penting dalam kemampuan seseorang berbahasa secara lisan maupun tulis. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa saat kecil seseorang belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian belajar untuk berbicara sampai akhirnya belajar membaca dan menulis. Berdasarkan peningkatan tersebut keterampilan berbahasa diajarkan sejak usia dini sampai dengan perguruan tinggi. Keterampilan berbahasa biasanya mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang dijadikan topik utama dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca salah satu keterampilan yang ada pada pembelajaran bahasa Indonesia, merupakan ilmu yang sangat penting digunakan untuk berkomunikasi yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena dengan membaca juga menambah wawasan untuk memberikan informasi di era globalisasi ini. Apabila banyak membaca, akan menambah perbendaharaan kata, penambahan pengetahuan, melatih alat ucap, serta menambah penalaran yang dapat digunakan dalam proses belajar dan mengajar. Menurut (Rahim, 2008) sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ditemukan permasalahan-permasalahan pelaksanaan pada keterampilan membaca di kelas V UPT SD 106 Pinrang yaitu hasil belajar keterampilan membaca siswa masih kurang, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan juga keterampilan membaca siswa sangat rendah. Selain itu permasalahan juga di temukan pada guru, yaitu guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tidak variatif. Pembelajaran dimulai oleh guru menggunakan metode ceramah saja untuk menyampaikan informasi, sehingga pembelajaran seperti itu membuat siswa merasa jenuh dan tidak tertarik untuk membaca. Permasalahan lain yang ditemukan yaitu guru kurang memotivasi siswa agar tidak malas untuk membaca dan siswa masih terlihat pasif dalam berinteraksi dengan teman-temannya, maka siswa menganggap remeh kegiatan membaca. Hal ini di tunjukkan dari interaksi pembelajaran yang tidak muncul, ada permasalahan yang harus diselesaikan secara kelompok namun tidak diungkapkan, sehingga permasalahan tersebut tidak terselesaikan.

Melihat masalah-masalah yang terjadi, maka banyak hal yang disampaikan oleh guru untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di antaranya adalah guru menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang ada pada standar isi kurikulum. model menurut (Yamin, 2013) merupakan contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran, maka dari itu strategi merupakan bagian dari langkah yang digunakan model untuk melaksanakan pembelajaran.3Salah satu model yang dapat dianggap mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membaca adalah model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang berbasis masalah sehingga merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah contoh, acuan, ragam, sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan

Salah satu model yang dapat dianggap mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membaca adalah model problem based learning yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam bekerja, serta menumbuhkan motivasi dalam diri untuk belajar dan dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Penggunakan model Problem Based Learning pada keterampilan membaca dapat membantu guru dalam penyusunan model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan membaca siswa. Penerapan model Problem Based Learning pada keterampilan membaca diharapkan agar siswa tidak lagi bersikap pasif dalam berinteraksi dengan teman-temannya dan mampu memotivasi dan menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Menurut (Ridwanudin, 2015) Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Dalam pembelajaran berbasis masalah, terdapat lima tahap utama yaitu tahap orientasi, tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar, tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian penelitian tindakan kelas atau biasa disebut PTK. Menurut (Rozak, 2014) penelitian tindakan kelas adalah untuk menguji cobakan ide-ide ke dalam praktik dalam rangka memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 20 siswa. Focus pada penelitian ini adalah implementasi model pembelajaran problem based learning dan keterampilan membaca siswa. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, teknik penialaian membaca dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perecanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Somadayo, 2013).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, tahap pendahulan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini merupakan pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning). Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang di dapat peneliti dari berbagai siklus.

Lembar observasi siswa

Lembar observasi digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus. Hasil dari observasi siswa tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Siklus 1 siklus II

Gambar 1. Diagram Hasil Lembar Observasi Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Diagram di atas, menunjukkan adanya peningkatan kegiatan siswa setelah diterapkannya model Problem Based Learning. Jika dilihat dari diagram tersebut, pada siklus I kegiatan siswa tergolong pada kategori cukup baik. Sedangkan pada hasil kegiatan guru siklus II ini meningkat menjadi kategori sangat baik

Penilaian Keterampilan Membaca

Penilaian keterampilan membaca diberikan pada siswa sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Berdasarkan data di atas, peningkatan keterampilan membaca setiap siklus dapat terlihat lebih jelas, maka keseluruhan pada siklus I dan siklus II divisualisasikan ke dalam sebuah diagram berikut:

Gambar 2 Diagram Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Pada Siklus I dan Siklus II

Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I menunjukkan adanya 14 siswa dalam kategori tuntas dengan persentase ketuntasan 70% siswa. Pada siklus II peningkatan ini dapat dilihat pada tabel di atas, dimana siswa yang terampil dalam membaca dalam kategori tuntas ada 18 siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 90% siswa. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan 20%.

Dapat disimpulkan bahwa pada siklus I ini, keterampilan membaca siswa belum sepenuhnya terbangun. Selain itu, belum tercapainya kriteria tersebut disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning. Oleh karena itu, pembelajaran masih dilanjutkan dengan siklus II. 5. Perolehan hasil aktivitas siswa juga meningkat dari kategori baik menjadi sangat baik. Kondisi ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang signifikan dari tindakan siklus I ke siklus II. Maka disimpulkan bahwa tindakan pada siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan yang diinginkan yaitu sebesar 85%. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Perolehan Statistika Deskriptif dari Hasil Membaca Siklus I dan Siklus I

Keterangan Siklus I Siklus II

Rata-rata 72,50 83,75

Nilai Tertinggi 95 100

Nilai Terendah 40 50

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan membaca siswa diikuti pula dengan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan model Problem Based Learning. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian sampai pada siklus II, karena pada siklus ini hasil penilaian keterampilan membaca siswa telah memenuhi indikator keberhasilan membaca, serta aktivitas pembelajaran guru dan siswa sudah sesuai dengan langkah-langkah model Problem Based Learning.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih saya tunjukkan kepada kepala sekolah yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, serta siswa di kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang. Selain itu ucapan terimakasih ditunjukkan kepada dosen pendamping program studi pendidikan guru sekolah dasar dan guru pamong program studi pendidikan guru sekolah dasar di Universitas Negeri Makassar yang telah membimbing penulisan artikel dan memotivasi dalam penelitian serta ucapan terimakasih semua pihak yang telah membantu hingga selesainya artikel ini.

PENUTUP

Simpulan dan Saran

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada membaca dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Pada siklus I aktivitas pembelajaran siswa dengan model Problem Based Learning tergolong pada kategori cukup baik dan aktivitas mengajar guru mencapai kategori baik. Peningkatan terjadi pada siklus II, aktivitas pembelajaran guru dan siswa tergolong pada kategori sangat baik. Dengan demikian, hasil observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II yang menunjukkan bahwa pembelajaran membaca sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning.

Berdasarkan hasil pengamatan penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang, peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan Problem Based Learning di sekolah sehingga guru-guru yang lain dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan membawa siswa dalam pembelajaran yang menyenangkan.

Setiap pembelajaran sebaiknya guru selalu menganalisis kekurangan- kekurangan yang ada pada setiap pertemuan sehingga pada pembelajaran selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Guru hendaknya dapat menciptakan kondisi belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ridwanudin, Dindin. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN PRESS

Somadayo, Samsu. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugono, Dendy. 2010. Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group.

Rozak, A & Maifalinda, F. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Article Metrics

Abstract view : 1845 times | PDF view : 523 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Sumarni Sumarni

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Publisher:

Program Studi PPG Universitas Negeri Makassar

e mail: jurnalpinisi01@gmail.com


 Pinisi: Journal of Teacher Professional Indexed by:


Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License