FENOMENA HIPERREALITAS MASYARAKAT PADA MAKANAN

Firdaus W. Suhaeb(1*), Muhammad Ashabul Kahfi(2),

(1) 
(2) 
(*) Corresponding Author



Abstract


Tulisan ini mengkaji fenomena sosial yang sedang tren pada masyarakat sekarang ini, yaitu foodstagramming, dimana orang memfoto makanan mereka kemudian mengunggahnya ke media sosial sebelum dimakan. Perkembangan internet (termasuk smartphone) telah mengubah aktivitas makan dan budaya makan, yang dulunya hanya sebagai pemenuhan kebutuhan biologis semata, kini menjadi “tanda” yang ingin diperlihatkan kepada publik di media sosial. Tulisan ini menggunakan teori konsumsi dan hiperrealitas dari Jean Baudrillard untuk mengkaji fenomena ini. Fenomena foodstagramming merupakan contoh dari kondisi masyarakat postmodern dengan konsumerismenya, dimana masyarakat postmodern lebih memilih untuk mengkonsumsi objek berdasarkan nilai tandanya dibanding nilai guna. Individu yang mengunggah foto makanan ke media sosial hanyalah mencari prestise dan status sosial (nilai tanda) dari hasil unggahannya itu. Dalam hal ini masyarakat melakukan apa yang disebut oleh Jean Baudrillard sebagai simulasi dan membentuk hiperrealitas. Foodstagramming merupakan sebuah hiperrealitas dengan gejala timbulnya realitas-realitas buatan yang pada akhirnya menjadi lebih rill daripada yang rill. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa foodstagramming tidak lebih dari kegiatan permanipulasian dan penipuan kehidupan seseorang yang dilakukan lewat makanan.


Full Text:

PDF

Article Metrics

Abstract view : 5511 times | PDF view : 1561 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.