Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah-Komunitas Pada Satuan Pendidikan Nonformal

Dadan Darmawan(1*), Karta Sasmita(2), Ila Rosmilawati(3), Hidayatullah Hidayatullah(4),

(1) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(2) Universitas Negeri Jakarta
(3) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(4) 
(*) Corresponding Author



Abstract


Penelitian ini dilakukan di 5 (lima) satuan pendidikan nonformal, yaitu; SKB Kota Serang, SKB Kabupaten Serang, PKBM Al Kahki, PKBM Bina Pengayoman Rutan Serang, dan Homeschooling Primagama. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan secara mendalam dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang dikemukakan, dipikirkan, dirasakan, dan apa saja yang diketahui oleh pihak yang diwawancarai.  Homeschooling primagama sendiri adalah sekolah berbasis bakat dan minat yang akan mengarahkan para siswanya untuk lebih mengembangkan bakat serta minat mereka. Biasanya pada awal masuk, calon siswa akan menerima tes untuk mengetahui bakat dan minat yang ia miliki. Kemudian hasilnya akan disampaikan kepada orangtua untuk sekaligus meminta orangtua membantu anak dalam pengarahan bakat serta minat tersebut. Orang tua maupun siswa juga dapat berkonsultasi dengan para psikolog di Homeschooling. Dengan waktu belajar yang terbilang fleksibel namun tetap sesuai pada jadwal dan perjanjian yang telah disepakati, para siswa di satuan pendidikan nonformal umumnya dapat mengatur gaya dan ritme belajarnya. Siswa yang datang ke satuan pendidikan nonformal menyadari bahwa minat dan keinginan mereka lah yang membawa mereka ke sekolah ini. Sebagian besar siswa pada satuan pendidikan nonformal. Di beberapa sekolah komunitas seperti di SKB Kabupaten Serang, SKB Kota Serang dan PKBM Alkahfi, penggunaan bahasa sunda mencapai 70 persen dalam proses kegiatan belajar dan kesehariannya. Sekolah kesetaraan telah mengubah fokus aturan sekolah dari keseragaman (uniformity) seperti yang diterapkan pada sekolah formal menjadi keberagaman (diversity). Kebijakan ini menyesuaikan dengan latar belakang dan kondisi siswa sekolah kesetaraan yang sangat beragam. Dalam hal ini, pendekatan pendidikan lebih menerapkan “supportive” daripada “punitive” yang akan memudahkan siswa merasa betah berada di sekolah. Pengembangan budaya sekolah di satuan pendidikan nonformal tidak banyak dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler. Contohnya, di SKB Kabupaten Serang tidak menyelenggarakan atau memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler. Namun, di tahun-tahun sebelumnya ada kegiatan esktrakurikuler yaitu kepramukaan. Karena saat itu, mayoritas peserta didik atau warga belajar adalah usia-usia SMP sampai dengan SMA yaitu mereka yang memang baru putus sekolah dengan sebab dan alasan yang beragam. Begitu juga di sekolah-komunitas lainnya seperti di SKB Kota Serang, PKBM Alkahfi dan PKBM Pengayoman. Hanya HSPG yang dalam beberapa kesempatan melaksanakan kegiatan field trip dengan tujuan semua siswa dapat berkumpul untuk bermain bersama, liburan bersama dan melakukan hal-hal lainnya secara bersamaan dengan sesama siswa maupun guru. Kegiatan field trip selalu mendapat respon positif baik dari para siswa maupun orangtua, karena selain dapat menghilangkan penat, field trip juga menjadi ajang perkenalan dan pengakraban keluarga besar Homeschooling Primagama Serang

Full Text:

PDF

References


Alawiyah, Faridah. 2012. Kebijakan dan Pengembangan pembangunan Karakter Melalui Pendidikan di Indonesia. Aspirasi Vol 3/1.

Albetrus, Doni Koesoema. 2015. Pendidikan Karakter Utuh dan menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.

Asmani, Jamal Makmur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Buku Induk Kebijakan Nasional pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Jakarta.

Frydaki. 2009. “Values In Teaching and Teaching Values: A Review Of Theory and Research, Including The Case Of Greece”. Mediterranean Journal of Educational Studies, Vol. 14 No. 1. Pg: 109-128.

Ghandi. 2005. “Experiences and Innovations: Value Education in City Montessori School, Lucknow”. Journal of Value Education. Vol 1 No 6. Pg: 49-57.

Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan sebagai Desain Penelitian Kualitatif. Surakarta: PPs UMS Surakarta.

Lickona, T. 1992. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Doubleday Dell Publishing Group Incs.

Kusuma, Doni A. 2010. Pendidikan Karakter: Stategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Moleong, Lexy. 2006. Metodolog Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Samani, Muchlas dan Heriyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutjipto. 2011. Rintisan Pengembangan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 17, No. 5.

UNESCO. 2015. Rethinking Education: Towards a Global Common Good. Paris: UNESCO Publishing.

Zubaidi, Ahmad. 2008. Tes Inteligensi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana..


Article Metrics

Abstract view : 708 times | PDF view : 181 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Sekretariat Panitia

Ruang Dosen Jurusan PLS FIP UNM

Gedung kantor Fakultas Ilmu Pendidikan

Jl. Tamalate I Tidung Makassar Kampus IV UNM Sektor Tidung

ISBN : 9786025339707