Prosesi dan Makna Tarian Cakalele Kampung Adat Ratu (Dwiwarna) Kecamatan Banda Naira

Najirah Amsi(1*), Rafita Muhammad(2),

(1) Dosen Pendidikan Sejarah, Universitas Banda Naira
(2) Pendidikan Sejarah, STKIP Hatta-Sjahrir
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/pattingalloang.v10i3.59662

Abstract


Kepulauan Banda yang dikenal sebagai negeri rempah menyimpan kekayaan alam dan budaya yang beragam. Keragamana Budaya dapat ditemukan disetiap desa atau negeri. Salah satu yang paling menarik adalah tarian cakalele Kampung Adat Ratu. Kampung adat ratu merupakan kampung adat yang berbeda dengan kampung adat lainnya, karena merupakan satu-satunya kampung adat yang menunjukkan kekuatan gander, yaitu Ratu (perempuan). Olehnya itu, penelitian ini hadir untuk menelaah prosesi cakalele dan makna Kampung Adat Ratu di Desa Dwiwarna, Kecematan Banda.  Penelitian ini adalah penelitian deskritif  kualitatif (penelitian secara alamiah) yang bertujuan untuk sebuah tinjauan historis tarian Cakalele Kampung Adat Ratu (Dwiwarna) Kecamatan Banda Naira. Subjek penelitian ini adalah para Informan yang mengetahui proses Tarian Cakalele Kampung Adat Ratu (Dwiwarna) Banda Naira. Prosedur penelitian yaitu heoristik, kritik, interprestasi, dan histiografi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini memilih informan yang dianggap dapat dipercaya serta paham dengan maksud permasalahan yang di teliti. Data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian dari historis tarian Cakalele Kampung Adat Ratu (Dwiwarna) adalah tarian Cakalele merupakan tarian perang. Pada umumnya di Kecamatan Banda adalah sebuah tarian yang bernuansa kepahlawanan, dari masing-masing Negeri Adat mempunyai Tarian Cakalele dan Tarian tersebut mempunyai berbagai model dan jenis dalam penampilannya itu berbeda-beda tetapi pada prinsipsinya sama yang membedakannya ialah dari gaya dan pertunjukkannya. Ada sebelas prosesi dalam Tarian Cakalele Tarian Kampung Adat Ratu (Dwiwarna) yaitu rapat atau musyawara, putar tempat siri permisi, bawa tempat siri, persiapan alat, putar jaster/mahkota, potong bambu untuk gapura, putar tempat siri besar, potong bambu untuk Cakalele, buka puang, hari H dan tutup Kampung.

 

Kata kunci : Tarian Cakalele, Kampung Adat, Prosesi, Makna

 

Abstract

The Banda Islands, which are known as the land of spices, contain diverse natural and cultural riches. Cultural diversity can be found in every village or country. One of the most interesting is the cakalele dance from Kampung Adat Ratu. Ratu traditional village is a traditional village that is different from other traditional villages, because it is the only traditional village that shows the power of gander, namely Ratu (female). Therefore, this research aims to examine the cakalele procession and the meaning of the Ratu Traditional Village in Dwiwarna Village, Banda District. This research is a qualitative descriptive research (natural research) which aims to provide a historical review of the Cakalele dance of the Ratu Traditional Village (Dwiwarna) Banda Naira District. The subjects of this research were informants who knew the process of the Banda Naira Traditional Village Ratu (Dwiwarna) Cakalele Dance. The research procedures are heoristics, criticism, interpretation, and histiography. The data collection technique in this research selects informants who are considered trustworthy and understand the meaning of the problem being studied. Data collected through observation and interviews. The results of research from the historical Cakalele dance of the Ratu Traditional Village (Dwiwarna) are that the Cakalele dance is a war dance. In general, in Banda District, it is a dance that has a heroic nuance. Each traditional country has the Cakalele Dance and this dance has various models and types. The performance is different, but in principle it is the same, what differentiates it is the style and performance. There are eleven processions in the Cakalele Dance, the Queen's Traditional Village Dance (Dwiwarna), namely meeting or deliberation, turning the siri excuse me place, bringing the siri place, preparing tools, turning the jaster/crown, cutting bamboo for the gate, turning the big siri place, cutting bamboo for Cakalele, open Puang, D day and close Kampung. 

Keywords: Cakalele Dance, Traditional Village, Procession, Meaning

 


Full Text:

PDF

References


Abdullah, Taufik dan Surmihardjo, Abdurrachman. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi, Arah dan Perspektif. Diterbitkan dengan kerjasama Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial (YIIS) dan LEKNAS LIPI, Gramedia: Jakarta

.

_________. 1978. Sejarah Lokal di Indonesia. Gadjah Mada University Press: Jogjakarta

Alwi, Des. 2000. Sejarah Maluku, Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon. Dian Rakyat: Jakarta

________. 2006. Sejarah Banda Naira. Pustaka Bayan: Jakarta

, 2002. Bersama Hatta, Sjahrir, Dr. Tjipto, dan Iwa Kusuma Sumantri di Banda Naira. Dian Rakyat: Jakarta

Bugin, Burhan. 2010. Destinasi Banda Neira Brand Pariwisata Indonesia Timur, Kaki langit Kencana. Jakarta

Milton, Giles. 2018. Pulau Run: Mangnet Rempah-rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan. Pustaka Alvabet. Ciputat Tangerang Selatan.

Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Pustaka Jaya: Jakarta

Helius Sjamsuddin. 2007. Metodelogi Sejarah. Ombak: Yogyakarta

Ismaun. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung

______.1992. Pengantar Ilmu Sejarah. FPIPS IKIP: Bandung

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta: Jakarta.

Kuntowijoto, 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana: Yogyakarta

Maleong, J.Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung

Muhammad Saleh Madjid dan Abd. Rahman Hamid. 2008. Pengantar Ilmu Sejarah. Rayhan Intermedia. Makassar

Nasution, M.A. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung

Notosusanto, Nugroho. 1971. Norma – Norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah, Indonesia: Dephankam

Pranoto SW.2010. Teori Dan Metodologi Sejarah. Graha Ilmu. Yokyakarta

Sjamsuddin. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung

Sutopo, H.B.1988. Metodologi Penelitian Kualitatif Teoritis Dan Praktis. UINS Pres: Surakarta

Thalib, Usman & La Raman. 2015. Banda dalam Sejarah Perbudakan di Nusantara, Swastanisasi dan Praktik Kerja Paksa di Perkebunan Pala Kepulauan Banda Tahun 1770-1860. Ombak. Yogyakarta

Willard.A. Hanna, 1983. Kolonialisme dan Akibatnya di Kepulauan Pala. YOI: Jakarta


Article Metrics

Abstract view : 19 times | PDF view : 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Published by:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH 

FAKULTAS ILMU SOSIAL 

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Kampus UNM Gunung Sari Gedung Fakultas Ilmu Sosial Lantai 3, Jalan Raya Pendidikan, Makassar. 90222.

Phone 082395232077

E-mail: [email protected]

          [email protected]

 

Indexed by 


Licensed by 

Creative Commons License
Pattingalloang is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

 

Pattingalloang Stats

Flag Counter

style="text-align: center;

View