Bentuk dan makna motif tenun Bima dalam kebudayaan masyarakat Bima Nusa Tenggara Barat

Irfan Hidayat(1*),

(1) Universitas Bumigora
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/p.v2i3.47291

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai kain tenun khas daerah Bima Nusa Tenggara Barat meliputi (1) sejarah keberadaan tenun Bima, dan (2) bentuk dan makna dari motif pada kain tenun khas daerah Bima. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Untuk penguatan penelitian, peneliti menggunakan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah budaya tenun di kabupaten Bima. Validitasi data dilakukan dengan kecukupan referensial dan ketekunan pengamatan. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan menggunakan tahapan yaitu pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian motif tenun kebudayaan masyarakat Bima Nusa Tenggara Barat yaitu: (1) Berdasarkan ketentuan adat, setiap wanita yang memasuki usia remaja harus terampil melakukan Muna ro Medi, yang merupakan kegiatan kaum ibu guna meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Perintah adat tersebut dipatuhi oleh seluruh wanita Mbojo sampai Tahun 1960-an. Sejak usia dini anak-anak perempuan dibimbing dan dilatih menjadi penenun “Ma Loa Ro Tingi” (terampil dan berjiwa seni). (2) Tenun Bima memiliki empat motif dasar yaitu motif bunga samobo yang bermakna sebuah pengharapan masyarakat, bunga satako yang menjadi simbol kepribadian seseorang seperti setangkai bunga yang menebar harum dan keindahan dalam hidupnya, bunga kakando yang memiliki isyarat bahwa kedudukan tertinggi dan teratas yakni Tuhan Semesta Alam, dan bunga aruna yang mengandung makna 99 sifat Allah, sebagai pencipta alam yang selalu dipuji dan disembah oleh hamba-Nya.

Full Text:

docs PDF

References


Ayu Fitriana, Suharno. (2019). Budaya rimpu sebagai eksistensi perempuan Islam di tanah Bima. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya. 21(2), 211-217.

Budiyono, (2008). Kriya tekstil jilid 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nuraeni, Gustini, Heny dan Muhammad Alfan, 2012. Studi Budaya di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ria Intani T. 2010. Tenun Gedogan Dermayon. Jurnal Patanjala. 2(1), 35-47.

Soerjono Soekanto. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 150

Sunarya, Yan Yan. 2021. Motif Tenun Sebagai Bentuk Bahasa Rupa Dari Masyarakat Suku Mbojo di Bima Nusa Tenggara Barat. Jurnal Rupa. 6, 28-29.

Alan Malingi, 50 tahun, Budayawan, Bima, Nusa Tenggara Barat.

Yuyun Ahdiyanti, 31 tahun, pemilik UKM Dina, Bima, Nusa Tenggara Barat.


Article Metrics

Abstract view : 53 times | docs view : 0 times PDF view : 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Paratiwi: Jurnal Seni Rupa dan Desain

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Alamat Redaksi:

Jurusan Seni Rupa dan Desain
Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negeri Makassar

Gedung Prodi Lantai 2 Kampus FSD UNM Parangtambung 
Jl.
Daeng Tata Makassar 90224

E-mail: [email protected]

Lisensi Creative Commons
Jurnal Paratiwi  dilisensikan di bawah  Lisensi Atribusi-Nonkomersial 4.0 Internasional Creative Commons .

Index by