KAJIAN BENTUK, MAKNA DAN FUNGSI KERIS TATARAPANG KESULTANAN BIMA SERTA SISTEM PEWARISANNYA

Risman Hadikusuma(1*), Karta Jayadi(2), Nurlina Syahrir(3),

(1) Universitas Negeri Makassar
(2) Universitas Negeri Makassar
(3) Universitas Negeri Makassar
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/njad.v8i1.59157

Abstract


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, makna, dan fungsi keris tatarapang Kesultanan Bima serta sistem pewarisannya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan survei deskriptif, yakni penelitian yang secara utuh terfokus pada objek yang diteliti dan menggambarkannya secara detail. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk utuh keris tatarapang Kesultanan Bima yaitu terdiri dari tiga rangkaian komponen utama yaitu uru (gagang), lapi (sarung) dan bila (bilah). Keseluruhan bilah keris tatarapang semuanya bergelombang, ada sebagian yang berpamor dan sebagian juga tidak berpamor. Makna simbolik keris tatarapang dapat ditinjau dari aspek bentuk, aspek warna material dan aspek penempatan. Makna yang terkonfirmasi dalam aspek bentuk meliputi bentuk ragam hias, bentuk bilah berluk dan bentuk pamor. Sedangkan makna keris tatarapang pada aspek warna material meliputi material emas dan material batu permata. Kemudian dari aspek penempatan meliputi posisi penempatan motif hias sang Bima pada gagang keris. Segala aspek yang disebutkan tersebut memiliki makna dan simbol perlambangan tertentu.. Disamping itu terkait fungsi keris tatarapang secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga fungsi dasar yaitu fungsi teknomik, fungsi sosial dan fungsi religius. Fungsi teknomik digunakan sebagai senjata tikam, fungsi sosial keris tatarapang dijadikan sebagai penanda status jabatan pada kalangan pejabat kesultanan, kemudian untuk fungsi religus keris tatarapang lebih condong digunakan sebagai alat upacara keagaaman. Teruntuk sistem pewarisan bahwasannya keris tatarapang menggunakan tiga jenis sistem pewarisan yaitu sistem pewarisan tertutup melalui pertalian darah, sistem pewarisan terbuka melalui jalur rekomendasi dan sistem pewarisan kolektif.

 

ABSTRACT

This research aims to describe the form, meaning and function of the Bima Sultanate keris tatarapang and its inheritance system. This research uses a type of qualitative research with a descriptive survey approach, namely research that is completely focused on the object being studied and describes it in detail. The results of this research show that the complete form of the Bima Sultanate keris tatarapang consists of three main components, namely uru (hilt), lapi (sheath) and bila (blade). The entire blade of the Tatarapang keris is all wavy, some have pamor and some also have no pamor. The symbolic meaning of the Tatarapang keris can be viewed from the shape aspect, material color aspect and placement aspect. Confirmed meanings in the form aspect include decorative shapes, curved blade shapes and prestige shapes. Meanwhile, the meaning of the Tatarapang keris in terms of material color includes gold material and gemstone material. Then, from the placement aspect, it includes the position of the Bima ornamental motif on the keris handle. All the aspects mentioned have certain meanings and symbols. Apart from that, the function of the Tatarapang keris is broadly grouped into three basic functions, namely technical function, social function and religious function. The technical function was used as a stabbing weapon, the social function of the Tatarapang keris was used as a marker of position status among Sultanate officials, then for the religious function the Tatarapang keris was more likely to be used as a religious ceremonial tool. Regarding the inheritance system, the Tatarapang keris uses three types of inheritance systems, namely a closed inheritance system through blood ties, an open inheritance system through the recommendation route and a collective inheritance system.


Keywords


Keris; Sultanate; Prestige

Full Text:

PDF

References


Elvandari, E. (2020). Sistem Pewarisan Sebagai Upaya Pelestarian Seni Tradisi. GETER: Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik, 3(1), 93-104.

Hasyim, M. (2020). Metafora Pamor Keris Sebagai Sumber Ide Penciptaan Karya Seni Lukis.

Kuntadi, Wasi D. (2019). Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya. Texture: Art and Culture Journal, 2(1), 49-60.

Kusnadi, K. (2017). Penerus hartawarisan Lampung Sai Batin Kabupaten Pesisir Barat dalam persepetif hukum islam: studi di kelurahan pasar Krui dan Pekon Way Napal (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Mostowlansky, T. & A. Rota 2016. Soal perspektif? Menguraikan perdebatan emik-etik dalam kajian ilmiah agama. Metode & Teori dalam Studi Agama 28 (4/5), 317-36.

Satriadi, S. (2016). Pamor Kawali Dalam Masyarakat Bugis (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Surakarta).

Yudoseputro, Wiyoso. 1986. Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Yusman, Ahmad Fauzan, and Indrayuda Indrayuda. Talempong Pacik dalam Kehidupan Masyarakat Nagari Bungo Tanjung: Studi Tentang Pola dan Bentuk Pewarisan. Gorga: Jurnal Seni Rupa 8.2 (2019): 409-416.

Zharandont, P. (2015). Pengaruh warna bagi suatu produk dan psikologis manusia. Bandung. Universitas Telkom.


Article Metrics

Abstract view : 14 times | PDF view : 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Dipublikasikan oleh:

Program Studi Pendidikan Seni Rupa PPs Universitas Negeri Makassar.

Alamat Jl. Bonto Langkasa Gunung Sari Makassar, 90222

Kampus PPs UNM Makassar, Indonesia. Email: [email protected]

Creative Commons License
Nuansa Journal of Arts and Design is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

NJAD indexed by