La Elangi Sultan Buton Ke IV

Sritimuryati Sritimuryati(1*), Iriani Iriani(2),

(1) Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
(2) Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
(*) Corresponding Author



Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sepak terjang Sultan La Elangi dalam memimpin Kesultanan Buton dan kerjasama yang dilakukan dengan VOC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut; heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa La Elangi adalah Sultan Buton ke IV, ia adalah pencetus Mudarabat Tujuh di kesultanan Buton yang mengatur perundang-undangan kerajaan. Mudarabat tujuh ini digunakan sebagai landasan konstitusional oleh kesultanan Buton. Dimasa pemerintahannya Sultan La Elangi membawa kesultanan Buton pada masa kejayaannya sebab dapat melakukan kerjasama dengan VOC dan mengambil peran dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran pada abd ke XVI.


Keywords


Kesultanan Buton, La Elangi, Kerjasama VOC.

Full Text:

PDF

References


Chalik, H. A. dkk. (1983/1984). Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Haliadi, T. I. A. (2005). Buton Islam dan Islam Buton: islamisasi, Kolonialisme dan Sinkritisme agama 1937-1938. Yogyakarta: Tesis Master Universitas Gadjah Mada

Haliadi (2001) Islam Buton dan Buton Islam: Pembauran Adat dan Islam dalam Sejarah Masyarakat Buton. Yogyakarta: Bidang Pengkajian dan Penerbitan Kemaw

Hamid, A. R. (2010) Spirit Bahari Orang Buton. Makassar: Rayhan Intermedia

Haeruddin, Saafi, Awat, Kudus (2020) Mekanisme Pengangkatan Sultan Buton dan Peran Lembaga Adat Buton. Kendari:Universitas Halu Uleo Press

Lapian, Adrian B (2011) Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta: Komunitas Bambu

Mahrudin, M. (2015). Nilai-Nilai Hukum Dalam Undang-Undang Murtabat Tujuh Buton. Al-’Adl, 8(2), 123–139.

Purwanto, M. R. (2016). Acculturation among Local Wisdom, Law and Sufism in Forming Martabat Tujuh Enactment of Buton Sultanate.

Sabirin, F. (2011). Tarekat Sammaniyah di Kesultanan Buton Kajian Naskah-Naskah Buton. Tangeran: YPM.

Schoorl, J. W. (2003). Masyarakat, sejarah, dan budaya Buton. Djambatan bekerjasama dengan Perwakilan KITLV-Jakarta.

Sewang, A. M. (2005). Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII. Yayasan Obor Indonesia.

Zahari, A. M. (1977). Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni (Buton). Proyek Pengembangan Media Kebudayaan.

Zahari, A. M. (2017). Daarul Butuuni Sejarah dan Adatnya Jilid 1 2 & 3. Baubau: CV Dia Dan Aku.

Zuhdi, Susanto dan M. Said (1996) Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara Kesultanan Buton. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Zuhdi, S. (1999). Labu Rope Labu Wana: Sejarah Butun Abad XVII-XVIII. Disertasi Program Doktor Ilmu Sejarah Pascasarjana FIB Universitas Indonesia, Depok.


Article Metrics

Abstract view : 562 times | PDF view : 70 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Sritimuryati Sritimuryati, Iriani Iriani

License URL: http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/

PUBLISHED BY :

Prodi Pendidikan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Makassar

Kampus Gunung Sari, Fakultas Ilmu Sosial Lt.3, Prodi Pendidikan Sejarah, Jl. Raya Pendidikan, Makassar. 90222.Phone 082395232077 E mail [email protected]

 

Attoriolong INDEXED BY

 

 

LICENSED BY :

Creative Commons License
Attoriolong is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.