DILEMA IDENTITAS KEBUDAYAAN DALAM TRADISI MA’TINGGORO TEDONG ALA SUKU TORAJA DI ERA TURISTIFIKASI
(1) Universitas Negeri Makassar
(2) Universitas Negeri Makassar
(3) Universitas Negeri Makassar
(4) Universitas Negeri Makassar
(*) Corresponding Author
DOI: https://doi.org/10.26858/sosialisasi.v0i3.19951
Abstract
Suku Toraja merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia dengan budaya dan tradisi yang unik. Kebudayaan asli yang masih dimiliki suku ini menjadi daya tarik para wisatawan. Nuansa mistik yang melekat pada suku ini menjadi ciri khas yang membedakan suku ini dengan yang lain. Namun, yang menjadi masalah adalah hilangnya identitas pada suatu kebudayaan yang dipengaruhi oleh lingkungan seperti dijadikannya sebagai ojek wisata. Penulisan ini untuk menunjukaan dan menjelaskan betapa pentingnya menjaga kebudayaaan diera turistifikasi. Secara khusus ma’tinggoro tedong (pemotongan kerbau) ala suku Toraja adalah tradisi pada upacara adat kematian rambu solo’ yang harus dijaga keberadaannya. Metode penulisan yang digunakan pada ini adalah penulisan secara tematik yaitu membahas permasalahan pokok sesuai dengan tema yang diangkat oleh penulis. Dahulu rambu solo’ hanya boleh dilaksanakan oleh orang-orang dari kasta bangsawan. Namun seiring berjalannya waktu, setiap orang boleh melaksanakan upacara ini selama mampu dan memiliki biaya. Hadirnya turistifikasi dalam suatu budaya tentunya membawa dampak tersendiri, hal itu tidak dapat ditolak tetapi dijalani dengan melakukan penyaringan sehingga suatu kebudayaan tetap eksis tanpa menggeser nilai-nilai sakral yang ada di dalamnya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2020. Angka Melek Huruf Usia Lebih Dari 15 Tahun Kabupaten Toraja Utara 2011-2015: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toraja Utara.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2020. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Toraja 2014-2018: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toraja Utara.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2020. Jumlah Hewan Kerbau yang di Ternak di Kabupaten Toraja Utara 2010-2018: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toraja Utara.
Cornwell, T Bettina, Isabelle Maignan, T Bettina Cornwell, and Isabelle Maignan. 2003. Carnwell, T. 2001. An International Review of Sponsorship Research. Journal of Advertisting. 21(1):1-21
Guntara, F., Fatchan, and Ruja, I. N. 2016. Kajian sosial budaya rambu solo’ dalam pembentukan karakater peserta didik. Jurnal endidikan.
KataData. 2016. Angka Melek Huruf Usia Lebih Dari 15 di Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan 2010-2013. URL:https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/05/12/angka-melek-huruf-usia-lebih-dari-15-di-kabupaten-toraja-utara-sulawesi-selatan-2010-2013. Diakses tanggal 3 Septemner 2020.
Mangopang, J., Widiarto, T. and Sunardi. 2019. Tedong sebagai syarat dalam upacara rambu solo’ di Kecamaan Makale Kabupaten Tana Toraja. Jurnal KIP. 7 (3):18-24.
Pasulu, H. Y., Pilakoannu, R. T. and Lattu, I. Y. M. 2019. Dilema identitas pada pelaksanaan ma’pasillaga tedong dalam rangkaian ritual rambu solo. Pax Humana: Jurna Humaniora Yayasan Bina Darma. 6(1):21-34.
Matarasi, P. 2018. Beda rambu solo’ dulu dan sekarang. Reportase & riset Tirto.id: artikel sosial budaya.
Rahmad, A. 2018. Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Budaya di Tanah Toraja (Studikasus Upacara Rambu Tuka’). Jurnal Enviromental Science. 1 (1):22-27.
Sadidan, I., Sulaeman, M. and Homzah, S. 2015. Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya dengan Nilai Jual Kerbau: Kasus di Pasa Bolu, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. E-Journal Mahasiswa dan Pasca Sarjan Universitas Padjajaran. 4 (3):20:28.
Sirajuddin, S. N., Baba, S. and Andilolo. D. 2013. Beberapa Motivasi Masyarakat Toraja Memotong Ternak Kerbau pada Upacara Adat (Rambu Solo’dan Rambu Tuka’). Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 1(1):44-45.
Article Metrics
Abstract view : 1352 times | PDF view : 133 timesRefbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.