Perspektif Pengelompokan Ruang Rumah Tinggal Suku Bugis Dilihat dari Sisi Budaya dan Lingkungan yang Berkelanjutan

Bakhrani A Rauf(1*), Muhammad Ardi(2), Rahmansah Rahmansah(3),

(1) Universitas Negeri Makassar
(2) Universitas Negeri Makassar
(3) Universitas Negeri Makassar
(*) Corresponding Author



Abstract


Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif budaya  Suku Bugis, (2) pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif lingkungan yang berkelanjutan, (3) alasan pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif budaya  Suku Bugis, (4) alasan pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif lingkungan yang berkelanjutan. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Lokasi penelitian adalah Kabupaten  Soppeng, Sirap, dan Pinrang   dipilih dengan metode purpossive sampling. Besarnya sampel adalah 25 orang setiap kabupaten juga dipilih dengan metode purpossive sampling. Dengan demikian besarnya anggota sampel adalah 75 orang. Variabel penelitian adalah sebagai berikut:  (1) pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif budaya  Suku Bugis dan lingkungan yang berkelan yang berkelanjutan, (2) alasan pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif budaya  Suku Bugis dan lingkungan yang berkelanjutan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara terstuktur kepada seluh sampel. Instrumen penelitian  adalah pedoman wawancara terstuktur. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif budaya  Suku Bugis  terdiri tiga kolompok, yakni: (a) kelompok atau mariolo yang terdiri dari: lego-lego,  onrong topole, atinrong topole, (b) kelonpok atau maritenggae, yang terdiri dari, onrong matinro tomatowae, onrong matinro ananae, dan onrong macule-cule, dan (c) kelompok marimonrie yang terdiri dari: onrong manre, onrong mataro pabaresseng, dan dapureng, (2) pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif lingkungan yang berkelanjutan terdiri dari tiga kelompok, yakni: (a) kelompok bagian depan yang terdiri dari: teras, ruang tamu, dan kamar tidur tamu, (b) kelonpok bagian tengah terdiri dari: kamar tidur utama (ayah dan ibu), kamar tidur anak-anak, dan ruang santai atau istrahat, dan (c) kelompok bagian belakang terdiri dari: ruang makan, tempat menyimpan beras, sayur dan sejenisnya, dan dapur, (3) alasan pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif budaya  Suku Bugis adalah  untuk melindungi penghuni rumah dari segala macam kejahatan jin  dan ilmu-ilmu jahat manusia, (4) alasan pengelompokan ruang rumah tinggal Suku Bugis dilihat dari perspektif lingkungan yang berkelanjutan adalah untuk melindungi penghuni rumah dari terpaan angin, hujan, dan badai.

 

Kata Kunci: Rumah tinggal, Suku Bugis, Pengelompokan ruang, Lingkungan, Budaya

Full Text:

PDF

References


Undang-Undang R.I. Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Trainer, Ted. 2011. The Radical Implication of a Zero Growth Economy 1 (http://rwer.wordpress.com/2011/09/06/rwer-issue-57-Trainer/, diakses 15September 2018).

. Undang-Undan Republik Indonesia Nomor.1. Tahun 2011. Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Muhammad Ardi, Bakhrani A. Rauf, dan Mithen.2017. Desain Rumah Tinggal Berbasis Kearifan lokal Suku Bugis Yang Berwawasan Lingkungan. Makassar: Badan Penerbit UNM.

. Mohammad Debby Rizani. Jurnal TEKNIK UNISFAT.2007. Penghawaan Alami dengan Sistem Cross Ventilation Pada Rumah Tinggal., Vol. 3, No.1, September 2007 Hal 10 – 17 https://e-jurnal.unisfat.ac.id/.

. Firdha Ayu Atika. 2018 Transformasi Bentuk Arsitektur Rumah Adat Bugis. http://ejurnal.itats.ac.id/sntekpan/article/view/407.

Muhammad Ardi, Mithen, Bakhrani A. Rauf, dan Faizal Amir. 2018. Desain Tampak Rumah Tinggal Berbasis Kearifan Lokal Suku Bugis Yang Berwawasan Lingkungan. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Nurhasan, Indrawati dan Riza Zahrul Islam. 2010. “Pendekatan DesainRumah Sederhana Sehat (rs sehat) dan LingkungannyaBerdasarkan Arsitektur Islam.” Laporan Penelitian. Solo: Universitas Muhamadiyah Solo.

. Aliya, Puteri. 2017. UU Tentang Pemajuan Kebudayaan: Memajukan, Bukan Membatasi (internet) https://koalisiseni.or.id/uu-tentang-pemajuan-kebudayaan-memajukan-bukan-membatasi/ diakses pada 5 Februari 2022.

. Hamzah, M. 2013. Pendidikan Lingkungan, Sekelumit Wawasan Pengantar. Bandung: Refika Aditama.

Adyana, P. 2012. Wacana Tembang Macapat sebagai Pengungkap Sistem Kognisi dan Kearifan Lokal Etnik Jawa. Publikasiilmiah.ums.ac.id. Volume 2. No. 22. Desember 2012.

Ahmadi. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahira, Anne. 2011.Kesehatan Lingkungan Perumahan. (ww.anneahira.com/ kesehatan-lingkungan-permukiman.htm, diakses 22 April 2019).

Adnani. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mesaki, Simeon; and Malipula, Mrisho. 2011. “Julius Nyerere’s influence and legacy: From a Proponent of familyhood to a candidate for sainthood”. International journal of Sociology and Antropology. Vol. 3 (3) pp. 093-100, March 2011. Available online https://academicjournals.org/journal/IJSA/article-abstract/7DBC2502079, diakses 22 April 2019.

Bruntland, G. H. (1987), “World Commission on Environment and Development”, dalam “Our Common Future”, Oxford: Oxford UniversityPress.


Article Metrics

Abstract view : 71 times | PDF view : 103 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.