Identifikasi Tradisi-Tradisi dalam Budaya Bugis Makassar yang Meningkatkan Keharmonisan Keluarga
(1) Universitas Negeri Makassar
(2) Universitas Negeri Makassar
(3) Universitas Negeri Makassar
(*) Corresponding Author
Abstract
Abstrak. Peningkatan angka perceraian dari tahun ke tahun menimbulkan konsekuensi yang serius dalam keluarga. Konflik selama proses perceraian dan perpisahan orang tua membawa dampak negatif pada kesejahteraan fisik dan psikologis seluruh anggota keluarga. Ketahanan keluarga, perlu dirawat melalui peningkatan kesadaran setiap anggota keluarga untuk menjalankan fungsi dan tugasnya dalam keluarga. Berdasarkan temuan sebelumnya diketahui bahwa aktivitas minum teh memberi kesempatan pada anggota keluarga saling bercerita sehingga tercipta perasaan dekat pada seluruh anggota keluarga. Keadaan tersebut mampu meningkatkan keharmonisan rumah tangga. Temuan studi awal tersebut perlu dilanjutkan dengan melakukan identifikasi lebih luas terhadap berbagai tradisi yang terpelihara pada suku Bugis dan Makassar. Penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi tradisi yang terpelihara pada suku Bugis dan Makassar dan Peran tradisi yang terpelihara pada suku Bugis Makassar dalam meningkatkan keharmonisan keluarga.
Kata Kunci: Tradisi-tradisi, Budaya, Bugis, Makassar, Keharmonisan Keluarga
Full Text:
PDFReferences
Ahmadi, A. (1999). Psikologi sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Alesina, A., & Giuliano, P. (2007). The power of the family. JEL-Classification: Z10, Z13,
-53.
Amato, P.R. (2001). Children of Divorce in the 1990s: Un Up Dated of the Amato and
Keith (1991) Meta-Analyses. Journal of Family Psychology. Vol. 15,( 3), 355-
Dagun, S. M. (2002). Psikologi keluarga (Peran ayah dalam keluarga). Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Dong, Q., Wang, Y., & Ollendick. (2003). Consequences of Divorce on the Adjustment
of Children in China. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology. Vol.
, (1), 101 – 110.
Endriani, A. (2016). Hubungan antara keharmonisan keluarga dengan sikap disiplin
siswa. Jurnal Paedagogy, 3(1), 46-53.
Gähler, M. (2006). “To Divorce Is to Die a Bit…”: A Longitudinal Study of Marital
Disruption and Psychological Distress Among Swedish Women and Men. The
Family Joural: Counseling and Therapy for Couples and Families, 14(4), 372-382
Heriyanto. (2016). Pembinaan keluarga broken home. Jurnal Edueksos, 5(1), 37-54.
Immanuel (2020). Peranan Emosi Positif Martin Seligman dalam Kehidupan
Keluarga Kristiani Dewasa Ini. Undergraduate thesis, STFK Ledalero
Kartasapoetra dan Hartini. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jamiah, Y. (2008). Keluarga Harmonis dan Implikasinya terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak Usia Dini. Skripsi. FKIP, Universitas Tanjungpura Pontianak.
Khasanah, K. (2008). Pengaruh konversi agama terhadap keharmonisan keluarga
(Studi kasus di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang). (Skripsi diterbitkan).
Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Khumas, A., Halimah, A., dan Hasniar. (2020). Tradisi Minum Teh Pada Suku Bugis
Makassar, Laporan Penelitian (Belum diterbitkan). Fakultas Psikologi UNM.
Kustini. (2011). Keluarga harmoni dalam perspektif berbagai komunitas agama di
Indonesia.Jakarta: Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang
Kehidupan Keagamaan.
Lee, Y. T. (1993). Perceived homogenity and familial loyalty between Chinese and
Americans. Current Psychology: Developmental, Learning, Personality and
sosial, 12(3), 260-267.
Mackay, R. (2005). The impact of family structure and family change on chile
outcomes: A personal reading of the research literature. Journal of
NewZealand, (24), 111-133.
Mustofa, I. (2008). Keluarga sakinah dan tantangan globalisasi.
(https://media.neliti.com/media/publications/56787-ID-keluargasakinah dantantangan
globalisa.pdf, diakses tanggal 11 September 2017).
Naser, A dan Hojatollah, F (2011). The role of trait gratitude in predicting psycholocal
and subjective well being. Developmental psychology (Journal of Iranian
psychologist). Vol 8 No Page 75-85.
Nancy, M. N. (2013). Hubungan nilai dalam perkawinan dan pemaafan dengan
keharmonisan keluarga. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur dan Teknik Sipil), 5, 32-39.
Sahlan, M. (2012). Pengamatan sosiologis tentang perceraian di Aceh. Jurnal
Substantia, 14(1), 88-97.
Sari. N. A. (2015). Psychological well-being pada kepala keluarga yang mengalami
pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan batu bara di desa Bukit
Pariaman. eJournal Psikologi, 4(1), 1-12.
Sari, D. P., & Puspitawati, H. (2017). Family conflik and harmony of farmers family.
Journal of Family Sciences, 2(1), 28-41.
Setiono, K. (2011). Psikologi keluarga. Bandung: PT. Alumni.
Thomas, A., & Sawhill, I. (2005). For love and mony? The impact of family structure on
family income. The Future of Children, 15(2), 57-74. www.Badilag.net, diakses
Agustus 2010.
Wedanthi, P. H., & Fridari, I. G. A. D. (2014). Dinamika kesetiaan pada kaum gay.
Jurnal Psikologi Udayana, 1(2), 363-371.
Yacoub, Y. (2012). Pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Eksos, 8(3), 176-185.
Yohnson. (2004). Peran universitas di Surabaya dalam meningkatkan jumlah keluarga
mapan di Surabaya (seri penelitian keuangan keluarga). Jurnal Managemen &
Kewirausahaan, 6(1), 54-71.
Yuliyatun. (2016). Praktik konseling pernikahan islam dalam pendampingan tokoh
agama menangani permasalahan suami istri. Jurnal Bimbingan dan Konseling,
(2), 35-58.
Article Metrics
Abstract view : 321 times | PDF view : 42 timesRefbacks
- There are currently no refbacks.