Konstruksi Sosial dalam Tradisi Bebubus di Kelurahan Gelanggang Lombok Timur Nusa Tenggara Barat: Suatu Kajian Sejarah Budaya

Muhammad Amin(1), Abdul Rasyad(2*), Muhammad Shulhan Hadi(3), Lalu Murdi(4), Muchamad Triyanto(5),

(1) Universitas Hamzanwadi
(2) Universitas Hamzanwadi
(3) Universitas Hamzanwadi
(4) Universitas Hamzanwadi
(5) Universitas Hamzanwadi
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/jp.v8i2.22409

Abstract


Tradisi bebubus atau bubus adalah salah satu bentuk pengobatan tradisional yang tumbuh sejak zaman penjajahan Belanda yang masuk di Pulau Lombok lewat Ampenan. Pada saat itu juga kerajaan Bali sedang mengalami keruntuhan akibat datangnya Belanda di Pulau Lombok, sehingga masyarakat Desa Gelanggang diam-diam melakukan pengobatan tradisonal berupa bebubus untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi bebubus merupakan tradisi suku Sasak yang sudah mengakar kuat dalam kehidupann sosial budaya masyarakat Lombok. Pelaksanaan pengobatan bebubus sebagai pengobatan tradisional yang dilakukan masyarakat Kelurahan Gelanggang sejak zaman penjajahan Belanda yang masuk di Pulau Lombok melalui Ampenan. Pada saat itu juga Kerajaan Bali runtuh dengan datangnya Belanda di Pulau Lombok. Masyarakat Gelanggang diam-diam melakukan pengobatan bebubus untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tradisi bebubus ini juga merupakan peninggalan orang-orang terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun.

 

Kata Kunci: Tradisi, Bebubus, Pengobatan Tradisional.

                                        Abstract

The tradition of bebubus or bubus is a form of traditional medicine that has grown since the Dutch colonial era, which entered the island of Lombok through Ampenan. At that time the kingdom of Bali was also experiencing a collapse due to the arrival of the Dutch on the island of Lombok, so the people of Gelanggang Village secretly carried out traditional medicine in the form of bebubus to cure sick people. This research uses the historical method. The results of the study indicate that the bebubus tradition is a Sasak tribe tradition that is deeply rooted in the socio-cultural life of the Lombok people. The implementation of bebubus treatment as a traditional medicine has been carried out by the people of the Gelanggang Village since the Dutch colonial era who entered the island of Lombok through Ampenan. At that time the Kingdom of Bali collapsed with the arrival of the Dutch on the island of Lombok. The community of Gelanggang secretly performs bebubus treatment to cure sick people. This bebubus tradition is also a relic of the previous people passed down from generation to generation.

Keywords: Development; Newspaper


Full Text:

PDF

References


Astuti, A., & Amirullah, A. (2019). Penetrasi Ajaran Islam dalam Tradisi Pernikahan di Sinjai, 1999-2003. PATTINGALLOANG, 6(2), 24-34.

Bartholomew, John Ryan. (2001). Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat Sasak. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Berger, Peter and Thomas Luckmann. (1966). The Social Construction of Reality. New York: Anchor Books.

Dister, Niko Syukur. (1988). Filsafat Kebebasan. Yogyakatra: Kanisius.

Martina, Eka. (2017). Ritual Bebubus (Sasak) Mangkung dan Nilai-Nilai yang Terkandung di Dalamnya: Studi Diskriptif Pada Masyarakat Jerowaru Lombok Timur. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Hartomo, (2008). Manusia Kebudayaan dan Lingkungannya. Jakarta: Rajawali.

Hasil Observasi, 20 Juni 2018.

Indrawati, (2017). Makna Simbol dan Nilai Budaya Upacara Adat

Mappanre’tasi: Sebuah Pemertahanan Budaya Lokal di Tengah Teror

Kesyirikan. Walasuji: Jurnal Sejarah dan Budaya, 8(2), 253-265.

Jayadi, U., & Kamarudin, L. (2021). Budaya Bereqe Sasak Lombok Sebagai Upaya Melestarikan Nilai Religius dan Jati Diri Masyarakat Montong Baan Kecamatan Sikur Lombok Timur. Berajah Journal, 1(1), 43-49.

Koentjaraningrat. (1998). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Nasrulloh, L. (2020). Nilai Edukasi Pada Ritual Bereqe Lombok (Kajian Etnografi). PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya Dan Pariwisata, 1(2), 150-160.

Profil Kelurahan Gelanggang Tahun 2018.

Saharudin, S. (2021). Ritual Domestikasi Padi Lokal dalam Budaya Sasak-Lombok. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi), 7(01), 85-102.

Sartini, (2016). Mitos: Eksplorasi Definisi dan Fungsinya dalam Kebudayaan. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.

Soekanto, Soerjono. (1987). Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: Rajawali.

Sudirman, (2007). Referensi Muatan Lokal Gumi Sasak dalam Sejarah. Selong: Dinas Kependidikan dan Kebudayaan.

Yanti, E., Jumadi, J., & Ridha, M. R. (2019). Tradisi Adat Pattaungeng Situs Tinco di Soppeng, 2007-2017. PATTINGALLOANG, 6(2), 46-55.

Wawancara, Amaq Irun, 13 Juni 2018

Wawancara, Amaq Sekar, 14 Juni 2018.

Wawancara, Darwin, 12 Agustus 2018.

Wawancara, H. Munir, 18 Juni 2018.

Wawancara, Ibrahim, 21 Juli 2018).

Wawancara, Inaq Isah, 10 Juni 2018.

Wawancara, L. Sekar, 22 Juli 2018).

Wawancara, Papuk Kerdim, 6 Juni 2018.

Wawancara, Samsudin, 21 Juli 2018.

Wawancara, Selim, 4 Agustus 2018.

Widagdo, S., & Kurnia, E. D. (2014). Nilai Pendidikan Dalam Upacara Tradisi Haul Semangkin di Desa Mayong Lor Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Lingua, 10(1).


Article Metrics

Abstract view : 585 times | PDF view : 70 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Published by:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH 

FAKULTAS ILMU SOSIAL 

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Kampus UNM Gunung Sari Gedung Fakultas Ilmu Sosial Lantai 3, Jalan Raya Pendidikan, Makassar. 90222.

Phone 082395232077

E-mail: jurnal.pattingalloang@unm.ac.id

          jurnalpattingalloang@gmail.com

 

Indexed by 


Licensed by 

Creative Commons License
Pattingalloang is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

 

Pattingalloang Stats

Flag Counter

style="text-align: center;

View