BENTUK PENYAJIAN GENDANG REBANA SERE DI DESA ULUSADDANG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN PINRANG

Ika Adriana Halid(1*), Andi Ihsan(2),

(1) Universitas Negeri Makassar
(2) 
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/bl.v1i2.35000

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran Gendang Rebana Sere pada pesta pernikahan di Desa Ulusaddang Kecamatan lembang Kabupaten Pinrang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini yakni: (1) Latar belakang munculnya gendang rebana sere di Desa Ulusaddang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang, (2) Bentuk penyajian gendang rebana sere pada pesta pernikahan di Desa Ulusaddang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: (1) awal munculnya gendang rebana sere ketika masa sallang simula (Islam pertama) sudah ada di daerah tersebut sekitar tahun 1935-1940 sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia yang diciptakan oleh Ambe’ Ngarra. (2) Bentuk penyajian gendang rebana sere yaitu: Pelaku berjumlah 10 orang terdiri dari 6 orang penari dan 4 orang pemusik. Ragam gerak terdiri atas 4 yaitu Mappatabe’ I, Mappatabe’ II, Mammesa, Mappatabe’ III. Pola lantai membentuk garis lurus dan lengkung. Iringan atau musik menggunakan gendang sebanyak 4 buah dengan ukuran yang berbeda. Busana yang digunakan yaitu passapu, jas tutu’, barocci dan lipa’ sabbe. Rias yang digunakan penari adalah rias natural. Tempat pertunjukan gendang rebana sere dilakukan sebanyak 3 kali sesuai dengan permintaan kedua belah pihak keluarga. Adapun properti yang digunakan yaitu rebana kecil yang digunakan penari dari awal sampai akhir pertunjukan.

 

Kata Kunci: Gendang Rebana Sere, Bentuk Penyajian, Desa Ulusaddang

 

Abstract

This study aims to provide an overview of the Sere Rebana Drum at a wedding in Ulusaddang Village, Lembang District, Pinrang Regency. The method used is a descriptive qualitative research method with data collection techniques carried out by observation, interviews and documentation. The main problems in this study are: (1) The background of the emergence of the sere tambourine drum in Ulusaddang Village, Lembang District, Pinrang Regency, (2) The presentation of the sere tambourine drum at a wedding in Ulusaddang Village, Lembang District, Pinrang Regency. From the results of the study, it is known that: (1) the beginning of the emergence of the rebana sere drum when the sallang simula (first Islam) period existed in the area around 1935-1940 before the Independence of the Republic of Indonesia which was created by Ambe' Ngarra. (2) The form of presentation of the drum tambourine sere, namely: The actors are 10 people consisting of 6 dancers and 4 musicians. The range of motion consists of 4, namely Mappatabe 'I, Mappatabe' II, Mammesa, Mappatabe' III. The floor pattern forms straight and curved lines. Accompaniment or music using 4 drums of different sizes. The clothes used are passapu, tutu', barocci and lipa' sabbe. The makeup used by dancers is natural makeup. The venue for the Sere drum tambourine performance is performed 3 times according to the request of the two families. The property used is a small tambourine used by dancers from the beginning to the end of the performance.

 

Keywords: Gendang Rebana Sere, Form of Presentation, Ulusaddang Village


Keywords


Gendang Rebana Sere; Form of Presentation; Ulusaddang Village

Full Text:

PDF

References


Bahari, N. (2014). Kritik Seni (Wacana, Apresiasi dan Kreasi), Pustaka Pelajar Celban Timur UH III/549 Yogyakarta 55167.

Faisal, F. (2019). Pengaruh Mangara Jazz Project dalam Perkembangan Musik Jazz di Kota Makassar. JURNAL PAKARENA, 1(1), 37-55.

Fitri, M. (2015). Bentuk Penyajian Tari Inene Mayak Pukes Pada Masyarakat Gayo Aceh Tengah. Jurnal.Unimed.ac.id. diakses pada tanggal 18 September 2020

Manggau, A., & Jayadi, K. (2018). Iyabelale, Introduction To Sleep Song Of Child Laying The Value Of Basic Education For The Bugis Tribe Of South Sulawesi. International Journal of Social Science and Humanities Research, 6(3), 63-67.

Martiara, R., Mangkona, J. A., & Supriyanti, S. (2020). The Main Value of Bugis Women in Pajoge Dance Structure. In Proceedings of the 2nd International Conference on Interdisciplinary Arts & Humanities (ICONARTIES).

Nadjamuddin, M. (1982). Tari Tradisional Sulawesi Selatan. Ujung Pandang. Berita Utama Bakti Baru.

Peterson, A. (2007). The Antropologi of Dance terjemahan F.X Widaryanto. Bandung: STSI Press

Rahmat, P. S. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni 2009 :1-8, diakses pada tanggal 31 februaru 2020

Syahrir, N. (2015). Seni Tradisional Sulawesi Selatan. De La Macca.

Syakhruni, S., Jalil, J., Prusdianto, P., & Saenal, S. (2022) Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak di Desa Wisata Rammang-Rammang. SUREQ: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain, 1(1), 1-8. https://doi.org/10.26858/srq.v1i1.33398


Article Metrics

Abstract view : 157 times | PDF view : 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Alamat Redaksi:
Gedung DE Lantai 2 Kampus FSD UNM Parangtambung
Jl. Daeng Tata Makassar 90224
Email: botinglangi@gmail.com

Creative Commons License
Boting Langi: Jurnal Seni Pertunjukan is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

 

Boting Langi indexed by