Sabbe Synthesist: Diskursus Motif Dasar Pengembangan Sarung Sutera Sengkang sebagai Identitas dan Potensinya dalam Industri Kreatif

Jalaluddin Rumi(1*),

(1) Practition
(*) Corresponding Author




DOI: https://doi.org/10.26858/tanra.v4i2.4389

Abstract


Abstrak. Sabbe Synthesist:The Basic Motif Development Discourse of Silk Sarong-Sengkang as the Identity and its Potency in the Creative Industry.  Lipa’ Sabbe as called of silk sarong as the identity in Bugis-Wajo people, has been entrenched on life of Sengkang people long time ago, especially at Tosora in the beginning of its development. From a gedogan by walida (old loom) as traditional technic, till Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM, semi-modern loom) and Alat Tenun Mesin (ATM, modern loom) in the textile industry, represents an exploration of the development in society around toward the modernization; in its initial has a deep meaning as the life philosophy. Through a literacy and documental study and also participatory observation by three months in Lajokka, Tanasitolo, the silk yarn itself has been particularly influenced by India and Chinese about sixteenth century, and embodying oneself in Nusantara: in Palembang till cultivating in South Sulawesi (Bugis and Mandar) based on a local genius of historical human then having own-special character. The peculiarity in variety of the basic motif that has developed in such a way to respond the creative industry, in its position has reduced the basic value and meaning of lipa’ sabbe motif itself. The distribution stressing on speed production on the other, alters the weavers in Sengkang to only follow the market and the consumer desire without thinking more about the character of lipa’ sabbe in which during the time has held the primary potency in trade road before creative industry coming in. Thereby lipa’ sabbe as the identity of creativity needs a discourse analysis with social and cultural scrutinization in order to the creative economy development of the weavers, actuator, and observer of lipa’ sabbe, particularly in Sengkang as the one of the silk sarong center in Indonesia relating to the creative industry commodity. 

 

Abstrak. Sabbe Synthesist:Diskursus Motif Dasar Pengembangan Sarung Sutera Sengkang sebagai Identitas dan Potensinya dalam Industri Kreatif. Lipa’ Sabbesebagaimana sarung sutra sebagai sebuah identitas pada masyarakat Bugis-Wajo, telah mengakar sejak lama dalam kehidupan masyarakat di Sengkang, khususnya di Tosora pada awal perkembangannya. Darigedogan dengan walida sebagai teknik tradisional, hingga Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan Alat Tenun Mesin (ATM) dalam industri tekstil,merupakan eksplorasi pengembangan masyarakat sekitar atas modernisasi; yang pada dasarnya memiliki makna mendalam sebagai sebuah falsafah hidup. Dari studi literasi dan dokumen serta obervasi partisipatif selama tiga bulan di Lajokka, Tanasitolo, benang sutera sendiri adalah pengaruh terutama dari India dan Cina pada sekitar abad XVI, dan dikembangkan sendiri di Nusantara: di Palembang hingga selanjutnya dibudidayakan di Sulawesi Selatan (Bugis dan Mandar) sesuai dengan local genius manusia masa lalu sehingga memiliki karakter tersendiri. Kekhasan dalam keragaman motif dasar yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa untuk merespon industri kreatif, pada posisinya mereduksi nilai dan makna dasar dari motif lipa’ sabbe itu sendiri. Distribusi yang menitikberatkan pada kecepatan produksi di sisi lain, merubah para penenun di Sengkang lebih mengikuti pasar dan keinginan konsumen tanpa memikirkan lagi karakter lipa’ sabbe yang selama ini telah menjadi potensi utama dalam jalur perdagangan sebelum masuknya industri kreatif kini. Dengan demikian bahwa lipa’ sabbesebagai identitas kekreatifanmemerlukan analisis diskursus dalam kajian sosial budaya guna pengembangan ekonomi kreatifpara penenun, penggiat, dan pemerhati lipa’ sabbe, terutama di Sengkang sebagai salah satu pusat sarung sutera di Indonesia terkait pola komoditi industri kreatif.

 


Keywords


creative industry; identity; lipa’ sabbe; local genius

References


(1) Amir, Yasraf Piliang. (2011). Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Pustaka Matahari.

(2) Ananta, Pramoedya Toer. (2002). Arus Balik: Sebuah Novel Sejarah. Yogyakarta: Hasta Mira.

(3) Chiung, Jo Hua., & An, Hong Wu. (2013). Aesthetic Creativity: Bridging Arts, Culture, and Education. Creative Arts in Education and Culture: Perspective from Greater China, 13. Accessed on September 4, 2017 from http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=325057aa3aac92c95d054845a131d5a7.

(4) Cumming, William P. (2007). Edited and Translated. A Chain of Kings: The Makassarese Chronicles of Gowa and Talloq. Leiden: KITLV Press.

(5) Fung, Anissa. (2013). Condensation of Ritual Symbolism and Visual Culture: From Chinese Liqi to Contemporary Art Expressions. Creative Arts in Education and Culture: Perspective from Greater China, 13. Accessed on September 4, 2017 from http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=325057aa3aac92c95d054845a131d5a7.

(6) Hariadi, Y., Lukman, M. & Haldani, Achmad Destiarmand.(2013). Batik Fractal: Marriage of Art and Science. Journal of Visual Art & Design, 4 (1). Accessed on August 20, 2017 from http://journals.itb.ac.id/index.php/jvad/article/download/755/456.

(7) Jorgensen, Marianne., Phillips, Louise J. (2002). Discourse Analysis: as Theory and Method. London: Sage Publications Ltd.

(8) Kartiwa, Suwati. (2007). Ragam Kain Tradisional Indonesia: Tenun Ikat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(9) Liliweri, Alo. (2014). Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung: Penerbit Nusa Media.

(10) Mattulada. (1985). Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(11) Mursyidin, Muhammad Arif. (2014). Strategi Adaptasi Penenun Bugis Wajo Dalam Arus Modernisasi. Tesis magister, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

(10) Nawawi, Muhammad dan SP. Gustami.(2002).Seni Kerajinan Tenun Sutera Tradisional Bugis Wajo Sulawesi Selatan: Antara Tantangan dan Harapan. Jurnal Sosiohumanika15 (1). Accessed on September 2, 2017 from http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=6269.

(11) Pelras, Christian. (1996). The Bugis. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

(12) Sabana, Setiawan. (2014). Jurnal Seni Rupa Galeri: Kajian Seni Rupa Kontemporer Indonesia, 1 (2),2356-1963.

(13) Sabana, Setiawan. (2007). Nilai Estetis pada Kemasan Makanan Tradisional Yogyakarta. Journal of Visual Art and Design, 1 (1). Accessed on August 20, 2017 from http://journals.itb.ac.id/index.php/jvad/article/download/648/367.

(14) Sukma, Nadina Salim. (2016). Kain Songket Palembang dengan Penerapan Teknik Batik sebagai Produk Fesyen. Journal of Visual Art & Design, 7 (2). Accessed on August 20, 2017 from http://journals.itb.ac.id/index.php/jvad/article/view/1465/1188.

(15) Sumantri, Iwan. (2004). Kepingan Mozaik Sejarah Budaya Sulawesi Selatan. Makassar: Ininnawa.

(16) Tahara, Tasrifin. (2012).Lipa Sabbe Sengkang: Identitas, Kreatifitas Budaya dan Tantangan.Makalah pada Seminar Infentarisasi dengan tema “Lipa’ Sabbe tenun tradisional Sulawesi Selatan.

(17) Widiawati, Dian. (2009). The Revival of the Usage of Natural Fibers and Natural Dyes in indonesian Textile. Journal of Visual Art & Design, 3 (2). Accessed on August 27, 2017 from http://journals.itb.ac.id/index.php/jvad/article/download/736/441.


Article Metrics

Abstract view : 339 times |

Refbacks

  • There are currently no refbacks.
';



Copyright (c) 2017 TANRA: Jurnal Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Alamat Redaksi / Tata Usaha:
Program Studi Desain Komunikasi
Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negeri Makassar
Telp. (0411) 888524 Faks. (0411) 888524
Kampus Fakultas Seni dan Desain
Jl. Daeng Tata, Parang Tambung,
Makassar, Sulawesi Selatan

e-mail: jurnaldeskomvisunm@gmail.com

Lisensi Creative Commons
Jurnal TANRA  dilisensikan dengan  Lisensi Internasional Atribusi-Nonkomersial 4.0 Creative Commons .

Jurnal TANRA diindeks oleh