Diaspora dan Pembangunan: Peran Orang Bugis terhadap Pembangunan di Banten (1984-2014)

Ahmad Subair(1*),

(1) 
(*) Corresponding Author



Abstract


Merantau (sompe’) bagi Orang Bugis merupakan jati diri, demi kehidupan yang lebih baik di daerah yang baru. Banten merupakan salah satu dari sekian banyak tujuan tersebut. Jejak keberadaan Orang Bugis-Makassar di Banten dimulai oleh Syekh Yusuf dan semakin intens pasca perang Makaasar 1669, yang di pengaruhi oleh aktifnya Pelabuhan Karangantu sebagai pusat niaga. Hingga tahun-tahun berikutnya, pengaruh Karangantu menarik minat Orang Bugis untuk mengunjungi Banten dan menetap di eks Ibukota Kerajaan Banten tersebut (Banten Lama). Di Banten Orang Bugis menekuni bergabagi profesi diantaranya: nelayan, pedagang, petani, industri pengolahan kayu, industri kapal nelayan dan home industri ragi, semua pekerjaan tersebut diawali pada masa kedatangan mereka dan masih eksis hingga hari ini. Seiring berjalanya waktu Orang Bugis semakin memperjelas identitas mereka, dengan memeberi nama tempat yang terdapat di muara sungai Cibanten dengan nama “Kampung Bugis” (1984). Keberadaan Orang Bugis di Banten hingga saat ini adalah bentuk adaptasi dalam berbagai hal termasuk dalam membangun Banten. Bagaimanpun Orang Bugis tidak dapat dipisahkan dari Banten yang mengiringi perjalanan pembangunan Banten dalam bingkai budaya, sosial, ekonomi dan politik sebagai identitas keberagaman Banten dimasa depan.

Full Text:

PDF

Article Metrics

Abstract view : 456 times | PDF view : 149 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.